Kamis, 04 Maret 2010

Pemberontakan pada Nafsu (1st strike)

Salamun’ alaikum!


Salam Pemberontak!



Error, error, error. Okay saya cuma bisa bilang error atas hidup saya (untuk saat ini tentunya), dimana saya harus berhadapan dengan musuh paling berat semua orang, terutama kita sebagai umat Muslim. Dia bukanlah orang Yahudi yang bikin dunia ini jatuh kedalam chaos ataupun para Kabalah yang 11-12 sama orang Yahudi. Tapi dia adalah NAFSU kita sendiri.



Ya Nafsu sebuah kata yang terdiri dari 5 huruf tapi bisa mempengaruhi hidup kita 180 derajat, entah itu seorang aktivis rohis atau apalah. Yang pasti kalau sudah tunduk dihadapan ini nafsu, jiwa kita bakal serasa ditelan kedalam sebuah kekosongan yang memuakkan.



Sekedar berbagi pengalaman saja, akhir – akhir ini saya sering tunduk kepada musuh saya ini. Ya senjata dia gunakan bukanlah AK-47 ataupun Chainsaw yang bisa mengoyak jasad saya, tapi game – game yang bisa mengoyak jiwa saya menjadi berkeping – keping. Entah kenapa itu semua terlihat begitu menawan dan menyenangkan.



"Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)." (Q.s. Ali Imran: 14).



Lalu dampak yang saya dapat adalah saya jadi mahluk karet (ngaret), yang pengennya nunda – nunda waktu dan berpikir bisa menyelesaikan setiap hal di h-1. Yang faktanya adalah hal yang paling impossible kita bisa mengerjakan sesuatu secara total di h-1. Ya kondisi saya cocok banget kayak yang digambarkan ayat ini.



"Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran)." (Q.s. an-Nisa': 72).



Jadi pengen memberontak, rasanya seperti ada penyakit yang sangat sulit disembuhkan. Dalam artian penyakit disini bukanlah penyakit jasmani akan tetapi ruhaniyah. Dan ini membuat saya sulit sekali untuk mendekatkan diri pada Allah. Walaupun sudah ikut mentoring ataupun rajin shalat di masjid semuanya terasa seperti angin lalu, yang menerbangkan begitu saja. Sehingga ketika saya mendapat godaan yang begitu berat, saya melakukannya begitu saja. Walaupun tahu itu dosa besar.



"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (Q.s. al-Hajj: 11).





Arggh, somebody please gimme an aid!!!



Hasta La Vista!



Wassalamualaykum!