Sabtu, 31 Oktober 2009

Teknologi Robot di Era Kekhalifahan


Peradaban Islam di era keemasan telah menguasai teknologi yang sangat tinggi. Pada abad ke-13 M, dunia Islam sudah menggenggam teknologi robot. Insinyur Muslim di zaman kekhalifahan sudah mampu menciptakan robot mirip manusia. Pencapaian itu sekaligus mematahkahkan klaim Barat yang kerap menyebut Leonardo da Vinci sebagai perintis teknologi robot.
Da Vinci baru merancang pembuatan robot pada 1478, itu pun baru berbentuk desain di atas kertas. Sedangkan, insinyur Muslim yang sangat brilian, Al-Jazari, sudah berhasil merancang dan menciptakan aneka bentuk robot pada awal abad ke-13 M. Atas dasar itulah, masyarakat sains modern menjulukinya sebagai ''Bapak Robot''. Peradaban Islam lebih maju tiga abad dalam teknologi robot dibanding Barat.
Peradaban Islam adalah perintis dalam bidang teknologi automata, yakni  sebuah mesin yang dapat berjalan sendiri (self operating). Automata sering digunakan untuk menggambarkan sebuah robot atau lebih khusus robot autonomous. Kata Automata berasal dari bahasa Yunani automatos, yakni berlaku atas kehendak sendiri, bergerak sendiri.
Kata itu digunakan untuk menggambarkan mesin-mesin bergerak tak-elektronik, khususnya yang dirancang untuk menyerupai gerakan manusia atau hewan. Mesin robot yang diciptakan Al-Jazari berbentuk sebuah perahu yang terapung di sebuah danau yang ditumpangi empat robot pemain musik.
Robot yang terdiri atas dua penabuh drum, seorang peniup harpa, dan pemain suling logam itu diciptakan untuk menghibur para tamu kerajaan dalam acara jamuan minum. Al-Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang di kemudian hari dikenal sebagai mesin robot. ''Itu adalah automata pertama yang bisa diprogram,'' ungkap Prof Noel Sharkey.
Robot penabuh drum yang dirakit Al-Jazari dapat memainkan beragam irama yang berbeda-beda. Robot yang ditemukan Al-Jazari itu juga mengundang kekaguman Charles B Fowler. Menurut dia, temuan insinyur Muslim itu bisa disebut ''robot band''. Sebuah pencapaian penting yang belum pernah ditemukan peradaban lain sebelumnya dan kebudayaan lain di zaman itu.
Secara khusus Mark E Rosheim menyimpulkan, kemajuan yang dicapai dunia Islam di era kejayaan dalam bidang robotika sebagai sebuah penemuan lebih maju dibandingkan zaman Yunani. ''Tak seperti desain Yunani, contoh robot yang diciptakan dunia Islam (Arab) mampu mengundang daya tarik. Tak hanya dalam ilusi dramatis, tetapi mampu menghadirkan lingkungan yang bisa membuat manusia lebih nyaman,'' ungkap Rosheim.
Menurut Rosheim, robot ciptaan Al-Jazari itu merupakan salah satu kontribusi peradaban Islam yang sangat penting bagi teknologi. Menurut dia, robot yang diciptakan peradaban Islam di awal abad ke-13 M sudah berbentuk manusia robot dan mampu membantu manusia untuk tujuan praktis. Sayangnya, kata dia, robot itu tak diciptakan untuk kepentingan industri.
Selain ''robot band'', Al-Jazari juga berhasil menciptakan sebuah robot pramusaji berbentuk manusia yang bertugas untuk menghidangkan air, teh, atau minuman lainnya. Minuman disimpan dalam sebuah tank dengan  reservoir (penampung air). Dari penampung itu, air dialirkan ke dalam sebuah ember dan setelah tujuh menit mengalir ke sebuah cangkir. Setelah itu, robot itu mengeluarkan minumannya.
Penemuan penting lainnya di era kejayaan Islam yang tak kalah menarik adalah pencuci tangan otomatis dengan mekanisme pengurasan. Mekanisme yang dikembangkan Al-Jazari itu, kini digunakan dalam sistem kerja toilet modern. Robot pencuci tangan otomatis itu berbentuk seorang wanita yang berdiri dengan sebuah baskom berisi air.
Ketika seorang pengguna menahan tuas, air akan mengering dan robot wanita itu akan kembali mengisi baskom dengan air. Robot lainnya yang dikembangkan Al-Jazari adalah air mancur burung merak. Robot ini berfungsi sebagai pengganti pembantu atau pelayan. Robot ini memudahkan orang saat membersihkan tangan, karena robot burung merak itu akan menawarkan sabut dan handuk secara otomatis.
Robot lainnya yang diciptakan insinyur Muslim adalah burung merak otomatis yang bisa bergerak. Al-Jazari menggerakkan robot burung merak itu dengan tenaga air. Teknologi robot lainnya yang ditemukan Al-Jazari adalah pintu otomatis sebagai bagian dari salah satu jam air yang diciptakannya. 
Teknologi automata yang dikembangkan Al-Jazari mencapai 50 jenis dan semuanya ditulis dan digambarkan dalam kitabnya yang sangat legendaris, Al-Jami Bain al-Ilm Wal ‘Aml al-Nafi Fi Sinat ‘at al-Hiyal (The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices). Karyanya ini berisi tentang teori dan praktik mekanik. Dalam kitab itu, Al-Jazari membeberkan secara detail beragam hal terkait mekanika.
Selain itu, Al-Jazari juga menciptakan teknologi automata lainnya yang berfungsi untuk membantu dan memudahkan tugas manusia. Ia antara lain menciptakan peralatan rumah tangga dan musik automata yang digerakkan  tenaga air.
Semua robot yang ditemukan peradaban Islam lewat Al-Jazari sungguh sangat mencengangkan. ''Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin,'' ungkap sejarawan Inggris, Donald R Hill, dalam tulisannya berjudul, Studies in Medieval Islamic Technology.
Sejarawan lainnya yang terpesona dengan risalah penemuan Al-Jazari adalah Lynn White. ''Jelas sudah bahwa penemu roda gigi pertama adalah Al-Jazari. Barat baru menemukannya pada 1364 M.'' Menurut Lynn, kata gear (roda gigi) baru menjadi perbendaharaan kata atau istilah dalam desain mesin Eropa pada abad ke-16 M.
Dalam pandangan Donald Hill, tak ada satu pun dokumen yang mampu menandingi karya Al-Jazari sampai abad modern ini. Menurut dia, risalah penemuan Al-Jazari begitu kaya akan instruksi mengenai desain, pembuatan, dan perakitan mesin-mesin.
''Al-Jazari tak hanya mampu memadukan teknik-teknik para pendahulunya dari Arab dan non-Arab, tapi juga dia benar-benar seorang insinyur yang kreatif,'' papar Donald Hill yang begitu mengagumi Al-Jazari. Ketertarikannya atas karya sang insinyur Muslim itu, Donal Hill pun terpacu dan terdorong untuk menerjemahkan karya Al-Jazari pada 1974.
Begitulah peradaban Islam mengembangkan teknologi robotnya.  heri ruslan


Al-Jazari
Pemimpin Para Insinyur Muslim


Ra'is Al-A'mal. Gelar itu ditabalkan para insinyur Muslim di abad ke-13 M kepada Al-Jazari. Tak heran, jika nama lengkap sang insinyur fenomenal itu adalah Al-Shaykh Rais al-Amal Badi al-Zaman Abu al-Izz ibn Ismail ibn al-Razzaz al-Jazari. Sedangkan, titel Badi al-Zaman dan Al-Shaykh yang disandangnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang ilmuwan yang unik, tak tertandingi kehebatannya, menguasai ilmu yang tinggi, serta bermartabat.

Sedangkan, kata Al-Jazari yang melekat pada nama lengkapnya itu menunjukkan amsalnya. Keluarga Al-Jazari berasal dari Jazirah Ibnu Umar di Diyar Bakr, Turki. Namun, hipotesis lainnya menyebutkan bahwa Al-Jazari terlahir di Al-Jazira, sebuah kawasan yang terletak di sebelah utara Mesopotamia, yakni kawasan di utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya antara Tigris dan Eufrat.
Di sanalah Al-Jazari mencurahkan hidupnya sebagai seorang insinyur dengan menciptakan berbagai mesin. Para penjelajah dan pelancong yang tandang ke wilayah itu pada abad ke-12 M, mengagumi kemakmuran yang diraih Dinasti Artukid. Pada saat itu pula, kedamaian dan stabilitas politik dan keamanan begitu terkendali.
Seperti halnya sang ayah, Al-Jazari mengabdikan dirinya pada raja-raja dari Dinasti Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari tahun 1174 M sampai 1200 M sebagai ahli teknik. Semasa hidupnya, Al-Jazari mengalami tiga kali suksesi kepemimpinan di Dinasti Artukid, yakni Nur al-Din Muhammad ibn Arslan (570 H - 581 H/1174 M - 1185 M); Qutb al-Din Sukman ibn Muhammad (681 H - 697 H/1185 M - 1200 M); dan Nasir al-Din Mahmud ibn Muhammad (597 H - 619 H/1200 M - 1222 M).
Atas permintaan Nasir al-Din Mahmud, Al-Jazari menuliskan seluruh penemuannya dalam sebuah risalah yang fenomenal. Dalam pengantar risalahnya, Al-Jazari mengungkapkan bahwa dirinya mulai mengabdi pada Dinasti Artuqid pada 570 H/1174 M. Ia risalah penemuannya, setelah 25 tahun bersama menjadi ahli teknik di bawah kepemimpinan tiga raja Dinasti Artuqid.
Berdasarkan informasi itu, dapat disimpulkan, kemungkinan Al-Jazari menulis risalahnya pada 595 H/1198 M, atau dua tahun sebelum Nasir Al-Din didaulat menjadi raja. Menurut naskah Oxford, Al-Jazari merampumgkam risalahnya yang mengguncang dunia teknik modern pada 16 Januari 1206 M.
Karya besar Al-jazari itu disempurnakan oleh Muhammad ibn Yusuf ibn `Uthman al-Haskafiat pada akhir Syaban 602 H/10 April 1206. Dari catatan Haskapi, saat itu Al-Jazari sudah tiada. Dari catatan itulah, Al-Jazari diperkirakan wafat pada 602 H/1206 M--beberapa bulan setelah dia menyelesaikan karyanya. 
Penulis : hri     
REPUBLIKA - Rabu, 04 Februari 2009



Ibnu Juljul Menjadi Rujukan Pengobatan Herbal


Ibnu Juljul Menjadi Rujukan Pengobatan Herbal
Kemahirannya di bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang istana.

Bergelut dengan ilmu, bukan hal yang asing bagi Abu Da'ud Sulayman bin Hassan, yang akrab dipanggil Ibnu Juljul. Sejak usia dini, ia telah akrab dengan beragam bacaan dan ilmu pengetahuan. Hingga kemudian, ia dikenal di bidang medis dan pengobatan herbal.

Bahkan, karya-karya Ibnu Juljul dalam pengobatan herbal, menjadi rujukan banyak ilmuwan lainnya. Ia memang tak hanya mumpuni dalam praktik pengobatan herbal. Namun, ia pun rajin menggerakkan penanya untuk menuangkan buah pemikirannya. Ibnu Juljul, lahir di Kordoba, Spanyol, pada 994. Sejak masa kanak-kanak, ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan telah tertanam dalam dirinya. Ia banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Saat berusia 10 tahun, ia telah belajar tata bahasa dan tradisi masyarakatnya.

Ketika usia Ibnu Juljul beranjak 15 tahun, ia mulai bersentuhan dengan ilmu kedokteran. Padahal, pada masa sekarang, ilmu kedokteran baru dipelajari secara mendalam di bangku kuliah. Tak heran, jika di usianya yang masih belia, ia menguasai ilmu kedokteran.

Di sisi lain, Ibnu Juljul juga terampil dalam pengobatan herbal. Dan rupanya, ia memang sejak semula juga sangat tertarik dengan obat-obatan, terutama yang berhubungan dengan herbal, obat alami yang banyak diekstrak dari tumbuh-tumbuhan. Ia juga mendalami farmasi.

Kemahirannya di bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang istana. Menurut situs Muslimheritage, Ibnu Juljul pernah bekerja sebagai dokter pribadi Al-Mu'ayyad Billah Hisyam, seorang khalifah yang berkuasa pada 977 hingga 1009.

Selain mempraktikkan keahlian medisnya, Ibnu Juljul juga banyak menuliskan karya-karya di bidang medis. Tak hanya itu, upaya mendalami ilmu pengobatan terus ia lakukan. Dalam hal ini, ia banyak berbagi pandangan dan berlatih dengan Albucasis.

Albucasis merupakan nama tenar Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi. Saat itu, Albucasis adalah dokter bedah ternama di Kordoba. Ia menemukan penyakit hemofilia, di mana penderitanya, jika luka darahnya akan terus mengalir dan sulit membeku.

Dalam kariernya sebagai dokter, Albucasis menulis buku yang sangat terkenal berjudul At-Tasrif liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode Pengobatan). Ibnu Juljul dan Abulcasis tak hanya berbagi pandangan, tetapi juga bersama-sama menuliskan pemikirannya di bidang medis.

Mereka bersama-sama menulis saat masa-masa terakhir kekhalifahan di Andalusia, Spanyol. Di sisi lain, Ibnu Juljul juga menghasilkan karyanya sendiri. Sejarawan terkenal dari Baghdad, Irak, Bin Abi Usaybi'a, menyatakan, Ibnu Juljul menulis buku sejarah pengobatan. Buku itu berjudul Atibba'wa'l Tabaqat al-Hukama . Buku tersebut telah beberapa kali diedit.

Ibnu Juljul mengawali tulisan dalam bukunya itu dengan menguraikan tentang riwayat ayahnya yang juga ahli obat-obatan. Pada bab-bab selanjutnya, ia menuliskan para ahli obat-obatan yang sangat terkenal sebagai para pendahulunya di Andalusia.

Selain itu, Ibnu Juljul mengungkapkan soal hubungan dan komunikasi yang terjalin antara kekhalifahan di Timur dan Andalusia. Ia pun mengisahkan bagaimana banyaknya para mahasiswa menempuh perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencari ilmu pengetahuan.

Ibnu Juljul mempelajari ilmu pengobatan herbal yang dilakukan oleh Pedanius Dioscorides, seorang dokter Yunani kuno, ahli farmasi, dan ahli botani. Dioscorides sering bepergian guna mencari bahan-bahan jamu dari seluruh wilayah Romawi dan Yunani.

Dia juga menulis lima jilid buku dalam bahasa Yunani asli. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul  De Materia Medica (Masalah-masalah yang berhubungan dengan medis). Berdasarkan ajaran dalam buku milik Dioscorides, Ibn Juljul membuat sebuah karya berjudul Maqalah .

Dalam karyanya itu, Ibnu Juljul menuliskan berbagai macam tumbuhan yang penting bagi obat-obatan, termasuk sifat tumbuh-tumbuhan tersebut. Lalu, dia juga menuliskan efek dari penggunaan tumbuh-tumbuhan itu bagi organ tubuh tertentu.

Tumbuh-tumbuhan untuk herbal yang ditulisnya sebanyak 28 jenis berasal dari India atau yang perjalanannya melalui rute perdagangan India, dua  dari Yaman, dua dari Mesir, satu dari Ceylan, satu dari Khwarizm, dan dua dari kota yang dekat dengan Kordoba. Dalam bukunya itu, Ibnu Juljul kadang-kadang menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan tumbuhan pada tubuh manusia.

Ibnu Juljul, juga membahas tentang batu Bezoar yang dapat digunakan untuk melawan semua racun. Batu tersebut memiliki warna yang kekuning-kuningan dengan garis-garis putih. Selain itu, dia juga pernah membahas soal Ribas. Mengutip pedagang kepercayaannya, Ibnu Juljul mengungkapkan, Ribas merupakan sejenis sayuran yang rasanya masam. Ribas bisa didapatkan di pegunungan yang tertutup salju. Apa yang diungkapkan dalam bukunya sarat dengan pengalaman dan pengetahuan Ibnu Juljul di bidang medis.

Banyak dipelajari
Karya Ibnu Juljul tentang pengobatan herbal, dipelajari pula oleh banyak ilmuwan lainnya. Di antara ilmuwan yang mempelajari karya Ibnu Juljul, adalah ahli botani yang bernama Al-Ghafiqi. Ia mengoleksi beragam jenis tumbuhan dari Spanyol maupun Afrika. Selain itu, Al-Ghafiqi juga membuat catatan yang menggambarkan secara rinci tentang jenis-jenis tumbuhan yang dikoleksinya itu. Bahkan, seorang ahli sejarah dari Barat, George Sarton, mengatakan, Al-Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada masanya.

Sejumlah kalangan mengatakan, deskripsi tentang tumbuh-tumbuhan yang dibuat Al-Ghafiqi diakui sebagai karya paling membanggakan yang pernah dibuat seorang Muslim. Karya fenomenal Al-Ghafiqi berjudul Al-Adwiyah al-Mufradah. Buku milik Al-Ghafiqi, menginspirasi Abdullah Ibnu Ahmad Ibn Al-Baitar atau Ibnu Baitar, untuk meneliti tumbuh-tumbuhan. Ia juga dikenal sebagai salah satu ahli botani sekaligus obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan.

Selain terinsipirasi Al-Ghafiqi, Ibnu Baitar juga mengutip empat belas tulisan tentang obat-obatan herbal milik Ibn Juljul. Padahal, Al-Baitar merupakan ahli botani yang hebat. Terbukti, ia mengoleksi dan mencatat 1.400 jenis tanaman obat.

Catatan dan koleksi tersebut, Ibnu Baitar peroleh saat ia menjelajahi pesisir Mediteranian dari Spanyol ke Suriah. Salah satu karya Al-Baitar yang paling termasyhur berjudul Al-Mughani-fi al Adwiyah al Mufradah. Dari banyaknya para ahli botani dan medis yang mengutip karya Ibnu Juljul, menunjukkan bahwa karyanya di bidang pengobatan herbal merupakan karya hebat dan teruji. Karya Ibnu Juljul dianggap sebagai karya yang memiliki nilai tinggi.

Bahkan, karya Ibnu Juljul tak hanya menjadi rujukan ilmuwan di wilayah Andalusia, namun juga oleh ilmuwan luar negeri seperti Maroko. Kontribusi Ibnu Juljul di dunia medis, sangat berharga bagi penggunaan tanaman untuk obat, bahkan di dunia modern.









www.republika.co.id

Jabir Ibnu Hayyan-Peletak Dasar Kimia Modern


Berkat jasa Jabir ilmu pengetahuan modern bisa mengenal asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, teknik distilasi, dan teknik kristalisasi. Jabir Ibnu Hayyan (721 M - 815 M)

Tak salah bila dunia mendapuknya sebagai bapak ki mia modern. Ahli kimia Mus lim terkemuka di era kekhalifahan yang dikenal di dunia Barat dengan pang gilan Geber itu memang sangat fenomenal. Betapa tidak, 10 abad se be lum ahli kimia Barat bernama John Dal ton (1766-1844) mencetuskan teori mo lekul kimia, Jabir Ibnu Hayyan (721M - 815 M) telah menemukannya di abad ke-8 M. Hebatnya lagi, penemuan dan eksperimennya yang telah berumur 13 abad itu ternyata hingga kini masih tetap dijadikan rujukan. Dedikasinya dalam pengembangan ilmu kimia sungguh tak ternilai harganya. Tak heran, jika ilmuwan yang juga ahli farmasi itu dinobatkan sebagai renaissance man (manusia yang mencerahkan).

Tanpa kontribusinya, boleh jadi ilmu kimia tak berkembang pesat seperti saat ini. Ilmu pengetahuan modern sungguh telah berutang budi kepada Jabir yang dikenal sebagai seorang sufi itu. Jabir telah menorehkan sederet karyanya da - lam 200 kitab. Sebanyak 80 kitab yang ditulisnya itu mengkaji dan mengupas seluk-beluk ilmu kimia. Sebuah pencapaian yang terbilang amat prestisius. Itulah sebabnya, ahli sejarah Barat, Philip K Hitti dalam History of the Arabs berujar, ‘’Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab juga memberikan sumbangan yang begitu besar di bidang kimia.’‘ Penyataan Hitti itu merupakan sebuah pengakuan Barat terhadap pencapaian yang telah ditorehkan umat Islam di era keemasan.

Sejatinya, ilmuwan kebanggaan umat Islam itu bernama lengkap Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan. Asal-usul kesukuan Jabir memang tak terungkap secara jelas. Satu versi menyebutkan, Jabir adalah seorang Arab. Namun, versi lain menyebutkan ahli kimia kesohor itu adalah orang Persia. Kebanyakan literatur menulis bahwa Jabir terlahir di Tus, Khurasan, Iran pada 721 M. Saat terlahir, wilayah Iran berada dalam kekuasaan Dinasti Umayyah. Sang ayah bernama Hayyan Al-Azdi, seorang ahli farmasi berasal dari suku Arab Azd. Pada era kekuasaan Daulah Umayyah, sang ayah hijrah dari Yaman ke Kufah, salah satu kota pusat gerakan Syiah di Irak. Sang ayah merupakan pendukung Abbasiyah yang turut serta menggulingkan Dinasti Umayyah.

Ketika melakukan pemberontakan, Hayyan tertangkap di Khurasan dan dihukum mati. Sepeninggal sang ayah, Jabir dan keluarganya kembali ke Yaman. Jabir kecil pun mulai mempelajari Alquran, matematika, serta ilmu lainnya dari seorang ilmuwan bernama Harbi Al-Himyari. Setelah Abbasiyah menggulingkan kekuasaan Umayyah, Jabir memutuskan untuk kembali ke Kufah. Di kota Syiah itulah, Jabir belajar dan merintis karier. Ketertarikannya pada bidang kimia, boleh jadi lantaran profesi sang ayah sebagai peracik obat. Jabir pun memutuskan untuk terjun di bidang kimia. Jabir yang tumbuh besar di pusat peradaban Islam klasik itu menimba ilmu dari seorang imam termasyhur bernama Imam Ja’far Shadiq. Selain itu, ia juga sempat belajar dari Pangeran Khalin Ibnu Yazid. Jabir memulai kariernya di bidang kedokteran setelah berguru pada Barmaki Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah berada dibawah kepemimpinan Harun Ar-Rasyid.

Sejak saat itulah, Jabir bekerja keras mengelaborasi kimia di sebuah laboratorium dengan serangkaian eksperimen. Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus. Salah satu ciri khasnya, ia mendasari eksperimen-eksperimen yang dilakukannya secara kuantitatif. Selain itu, instrumen yang digunakan dibuat sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. ‘’Saya pertama kali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya, dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin, dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam.’‘

Kalimat itu kerap dituliskan Jabir saat mengakhiri uraian suatu eksperimen yang telah dilakukannya. Setelah sempat berkarier di Damas - kus, Jabir pun dikabarkan kembali ke Kufah. Dua abad pasca-berpulangnya Jabir, dalam sebuah penggalian jalan telah ditemukan bekas laboratorium tempat sang ilmuwan berkarya. Dari tempat itu ditemukan peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona serta sebatang emas yang cukup berat.

Begitu banyak sumbangan yang telah dihasilkan Jabir bagi pengembangan kimia. Berkat jasa Jabir-lah, ilmu pengetahuan modern bisa mengenal asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi, dan tehnik kristalisasi. Jabir pulalah yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas. Keberhasilan penting lainnya yang dicapai Jabir adalah kemampuannya mengapli kasi kan pengetahuan mengenai kimia ke dalam proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Ter nyata, Jabir jugalah yang kali pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca. Adalah Jabir pula yang pertama kali mencatat tentang pemanasan anggur akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.

Selain itu, Jabir pun berhasil menyempurnakan proses dasar sublimasi, peng - uapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi- reduksi. Apa yang dihasilkannya itu merupakan teknikteknik kimia modern. Tak heran, bila sosok dan pemikiran Jabir begitu berpengaruh bagi para ahli kimia Muslim lainnya seperti Al-Razi (9 M), Tughrai (12 M) dan Al- Iraqi (13 M). Tak cuma itu, buku-buku yang ditulisnya juga begitu besar pengaruhnya terhadap pengembangan ilmu kimia di Eropa. Jabir tutup usia pada tahun 815 M di Kufah.


Adikarya Sang Ilmuwan Besar

Dedikasi dan prestasi yang dicapai Jabir Ibnu Hayyan dalam bidang kimia terekam dengan baik lewat buku-buku yang ditulisnya. Tak kurang dari 200 buku berhasil ditulisnya. Sebanyak 80 judul buku di antaranya mengupas hasil-hasil eksperimen kimia yang dilakukannya. Buku-buku itu sungguh amat berpengaruh hingga sekarang. Sebanyak 112 buku karya Jabir secara khusus ditulis untuk dipersembahkan kepada Barmakid sang guru yang juga pembantu atau wazir Khalifah Harun Ar- Rasyid. Buku-buku itu ditulis dalam bahasa Arab.

Pada abad pertengahan, orang-orang Barat mulai menerjemahkan karya-karya Jabir itu ke dalam bahasa Latin (Tabula Smaragdina).Buku-buku itu lalu menjadi rujukan pada ahli kimia di Eropa. Selain itu, sebanyak 70 buku karya Jabir lainnya juga dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin pada abad pertengahan. Dari ke-70 kitab berpengaruh itu, salah satu yang terkenal adalah Kitab Al-Zuhra yang diterjemakan menjadi Book of Venus, serta Kitab Al-Ahjar yang dialihbahasakan menjadi Book of Stones.

Sebanyak 10 buku yang ditulis Jabir lainnya adalah kitab pembetulan yang berisi penjelasan mengenai ahli kimia Yunani seperti Pythagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles. Sisanya, kitab yang ditulis Jabir merupakan buku-buku keseimbangan. Dalam buku kelompok ini, Jabir melahirkan teori yang begitu terkenal, yakni ‘teori keseimbangan alam.’Risalat-risalat karya Jabir yang secara khusus membedah ilmu kimia antara lain’ Kitab Al-Kimya dan Kitab Al-Sab’een. Kitab penting itu juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad pertengahan.

Kitab Al-Kimya menjadi sangat populer di Barat setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Ingris oleh orang Inggris Robert of Chester pada 1144 M. Al- Kimya versi alih bahasa berjudul ‘The Book of Composition of Alchemy’. Sedangkan, Kitab Al-Sab’een diterjemahkan oleh Gerard of Cremona. Beberapa karya Jabir lainnya juga dialihbahasakan oleh Berthelot ke dalam bahasa Inggris antara lain; ‘Book of Kingdom’, ‘Book of the Balances’, serta ‘Book of Eastern Mercur.’ Buku karya Jabir lainnya juga mendapat perhatian dari ilmuwan Inggris bernama Richard Russel. Pada abad ke-17 M, Russel menerjemahkan buku yang ditulis Jabir ke dalam bahasa Ingris berjudul ‘Sum of Perfection’.

Dalam buku itu, Russel memperkenalkan Jabir dengan nama Geber seorang pange - ran Arab terkenal yang juga seorang filsuf. ‘Sum of Perfection’ selama beberapa abad begitu populer dan berpengaruh. Buku itu telah mendorong terjadinya evolusi kimia modern. Begitu berpengaruhnya buku- buku karya Jabir di Eropa dan Barat umumnya telah dibuktikan dengan munculnya beberapa istilah teknis yang ditemukan dalam kamus kimia Barat dan menjadi kosa kata ilmia yang sebelumnya digunakan Jabir seperti istilah ‘alkali.’

Penulis : hri  
REPUBLIKA - Senin, 28 April 2008

Hanya Ilusi (2)

Jika yang merasakan semua rangsangan itu adalah Ruh, apakah dunia ini benar – benar nyata adanya? Seperti yang setiap orang katakan. Jika kita merasakan apa yang terjadi di dalam mimpi seperti yang terjadi di “dunia nyata”. Dunia manakah yang benar – benar ada? Apakah itu “dunia mimpi” atau dunia ketika kalian membaca notes ini? Ini semua benar – benar tidak masuk akal jika kita mengatakan kedua dunia ini benar – benar nyata, atau mungkin keduanya hanyalah mimpi belaka? Mungkin apa yang dikatakan manusia pada Hari Kiamat ketika manusia dibangkitkan, seperti yang tercantum dalam salah satu ayat Al-Qur’an dapat menjawab itu semua:

Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari

kami (kubur)? Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan para rasul telah

mengatakan yang sebenarnya.” (Q.S.36:52)

Sebagaimana yang dimaksudkan ayat ini, setiap orang akan dibangunkan pada Hari Kiamat seakan – akan sedang bangun dari sebuah mimpi. Kalau gue baca di buku Hakikat di Balik Materi tentang penjelasan ayat ini, dunia di sekeliling kita adalah bagaikan sebuah mimpi dan setiap orang akan dibangunkan dari mimpi ini, dan akan mulai melihat gambar – gambar kehidupan di akhirat, yang mana merupakan kehidupan yang sesungguhnya.

Lalu satu hal lagi apakah apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan ini. Seperti apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan saat ini? Bukankah itu semua hanyalah sinyal – sinyal listrik yang diinterpretasikan di otak kita? Dan bukankah sinyal – sinyal listrik itu merupakan hasil dari rangsangan yang kita terima? Jadi seperti apakah bentuk rangsangan – rangsangan itu? Jika semuanya hanya terjadi didalam otak yang tersekat dari dunia luar? Dan apakah yang akan terjadi jika otak kita salah menginterpretasikan semua rangsangan itu? Seperti yang terjadi pada orang yang buta warna? Ini semua benar – benar membingungkan!

Jika apa yang kita rasakan di dunia adalah sesuatu yang semu dan bulls**t belaka, mungkin hanya ayat – ayat Allah-lah yang dapat menjawab itu semua.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan

suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah – megah di antara kamu serta

berbangga – bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang

tanaman – tanamannya mengaggumkan para petani; kemudian tanaman itu

dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti),

ada azab yang keras dan juga ada ampunan dari Allah serta keridhaan – Nya. Dan

kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (Q.S. 57:20)

Sepertinya ini adalah fakta yang tidak terbantahkan, bahwa kita semua tak akan pernah tahu apa yang berada di luar otak ini. Karena Ruh kita hanya merasakan apa yang diinterpretasikan oleh otak kita. Sehingga kita tidak tahu, seperti apakah bentuk asli dari rangsangan yang diinterpretasikan oleh rangsangan itu.

Entah kenapa, gue merasa sepertinya apa yang kita punya dan dapat di dunia ini, sepertinya bukan berarti apa – apa lagi. Mungkin karena dunia ini hanyalah tipuan belaka sehingga gue kurang tertarik terhadap ambisi duniawi, dan sekarang gue pengen mengejar Akhirat dan bertemu pencipta yang bener – bener Wahid dan Haq adanya.

Ya ya sepertinya menikah juga termasuk ambisi akhirat juga hehehe, seperti yang salah satu temen rohis gue bilang “Menikah itu seperti berbuka puasa, harus disegerakan”. Entahlah yang penting gue dari sekarang harus mulai mengejar ambisi Akhirat, dengan mengerjakan seperti yang tercantum di Al-Qur’an dan As Sunnah. Mungkin akhir – akhir ini gue merasa kekayaan bukan apa – apa lagi, tapi gue harus kaya, agar jalan Da’wah ini tak ada hambatan. Dan gue harus bisa menuntaskan ambisi Akhirat yang wajib banget dicapai oleh seorang Muslim!


Sumber: Hakikat di Balik Materi by Harun Yahya (Adnan Oktar)

P.S: Afwan kalo ada yang salah soalnya baru baca setengah halaman

Hanya Ilusi (1)

Akhir – akhir ini, gak tahu kenapa gue suka mikir yang aneh – aneh bahkan cenderung kurang tertarik sama hal – hal yang berbau duniawi entah itu soal uang ataupun cewe, apa mu ngkin ada masalah sama otak gue atau gue jadi abnormal? Gue nggak tahu, kenapa ketika gue nggak mikirin semua hal – hal yang berbau duniawi atau lebih tepatnya ambisi duniawi, kayak duit ataupun cewe. Hidup gue agak lebih tenang, bahkan nggak takut kehilangan itu semua. Karena mungkin semua itu adalah suatu hal yang fana, dan hanya terbentuk di otak melalui gambaran yang ditunjukan oleh ALLAH SWT kepada Ruh kita.

Semuanya berawal ketika gue membaca buku Hakikat di Balik Materi karya Adnan Oktar (atau kita mengenalnya sebagai HARUN YAHYA, yang merupakan nama penanya), ya mungkin itulah buku yang merubah cara pandang gue terhadap dunia ilusif dan penuh senda gurau ini. Ketika gue baca buku ini, rasanya nggak pernah mikirin kenapa semua panca indra terhubung ke otak. Atau bahkan kenapa saat kita bermimpi, kita merasakan seperti apa yang kita alami di saat kita tidak bermimpi. Sebagai contoh mungkin kita pernah merasakan ketika bermimpi kita jatuh ataupun makan nasi gila, dan faktanya kita memang benar – benar merasakan jatuh itu dan merasakan rasa dari nasi gila itu. Gue bener – bener bingung ketika tahu semua fakta itu, kenapa kita bisa merasakan itu semua di mimpi.

Jika kita merasakan semua itu didalam mimpi? Apakah otak kita? Tidak mungkin! Adalah suatu jawaban tolol bahkan cenderung bulls**t jika segumpal daging yang hanya terdiri dari Lipid dan Protein bisa merasakan itu.

Jikalau semua panca indera kita terhubung ke otak, mengapa ketika mendengar lagu rock seperti System Of A Down yang judulnya Kill Rock’n Roll, atau lagu metal seperti Slipknot yang judulnya Wait and Bleed, didalam otak kita tidak terjadi kebisingan seperti yang terjadi di dunia luar (di luar otak). Siapa yang mendengar itu semua? Siapa? Siapa? Jika semua panca indera terhubung ke otak, kenapa tidak terjadi kebisingan di dalam otak kita? Apakah atom – atom yang tidak mempunyai kesadaran dan pikiran mendengarkan itu semua? Tidak!

Kalau mungkin gue boleh jujur yang merasakan itu semua adalah Ruh, ya Ruh kitalah yang merasakan itu semua! Ketika semua panca indera kita terangsang, panca indera kita menjadikan rangsangan itu sebagai sinyal listrik, yang dikirim melalui saraf ke otak dan diinterpretasikan di otak. Lalu siapakah yang menunjukan semua yang diinterpretasikan oleh otak pada Ruh kita? Bukankah semua yang dikirim ke otak itu hanyalah sinyal listrik? Tidak lain tidak bukan adalah pencipta kita Allah SWT.

Ya mungkin inilah maksud dari Al-Qur’an surat As-Sajdah ayat 9:

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya Ruh (ciptaan)-Nya

dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan perasaan (pemahaman);

(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S. 32:9)

Sumber: Hakikat di Balik Materi by Harun Yahya (Adnan Oktar)

P.S: afwan kalo ada kekurangan, soalnya saya masih membaca buku ini.