Sabtu, 31 Oktober 2009

Hanya Ilusi (2)

Jika yang merasakan semua rangsangan itu adalah Ruh, apakah dunia ini benar – benar nyata adanya? Seperti yang setiap orang katakan. Jika kita merasakan apa yang terjadi di dalam mimpi seperti yang terjadi di “dunia nyata”. Dunia manakah yang benar – benar ada? Apakah itu “dunia mimpi” atau dunia ketika kalian membaca notes ini? Ini semua benar – benar tidak masuk akal jika kita mengatakan kedua dunia ini benar – benar nyata, atau mungkin keduanya hanyalah mimpi belaka? Mungkin apa yang dikatakan manusia pada Hari Kiamat ketika manusia dibangkitkan, seperti yang tercantum dalam salah satu ayat Al-Qur’an dapat menjawab itu semua:

Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari

kami (kubur)? Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan para rasul telah

mengatakan yang sebenarnya.” (Q.S.36:52)

Sebagaimana yang dimaksudkan ayat ini, setiap orang akan dibangunkan pada Hari Kiamat seakan – akan sedang bangun dari sebuah mimpi. Kalau gue baca di buku Hakikat di Balik Materi tentang penjelasan ayat ini, dunia di sekeliling kita adalah bagaikan sebuah mimpi dan setiap orang akan dibangunkan dari mimpi ini, dan akan mulai melihat gambar – gambar kehidupan di akhirat, yang mana merupakan kehidupan yang sesungguhnya.

Lalu satu hal lagi apakah apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan ini. Seperti apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan saat ini? Bukankah itu semua hanyalah sinyal – sinyal listrik yang diinterpretasikan di otak kita? Dan bukankah sinyal – sinyal listrik itu merupakan hasil dari rangsangan yang kita terima? Jadi seperti apakah bentuk rangsangan – rangsangan itu? Jika semuanya hanya terjadi didalam otak yang tersekat dari dunia luar? Dan apakah yang akan terjadi jika otak kita salah menginterpretasikan semua rangsangan itu? Seperti yang terjadi pada orang yang buta warna? Ini semua benar – benar membingungkan!

Jika apa yang kita rasakan di dunia adalah sesuatu yang semu dan bulls**t belaka, mungkin hanya ayat – ayat Allah-lah yang dapat menjawab itu semua.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan

suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah – megah di antara kamu serta

berbangga – bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang

tanaman – tanamannya mengaggumkan para petani; kemudian tanaman itu

dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti),

ada azab yang keras dan juga ada ampunan dari Allah serta keridhaan – Nya. Dan

kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (Q.S. 57:20)

Sepertinya ini adalah fakta yang tidak terbantahkan, bahwa kita semua tak akan pernah tahu apa yang berada di luar otak ini. Karena Ruh kita hanya merasakan apa yang diinterpretasikan oleh otak kita. Sehingga kita tidak tahu, seperti apakah bentuk asli dari rangsangan yang diinterpretasikan oleh rangsangan itu.

Entah kenapa, gue merasa sepertinya apa yang kita punya dan dapat di dunia ini, sepertinya bukan berarti apa – apa lagi. Mungkin karena dunia ini hanyalah tipuan belaka sehingga gue kurang tertarik terhadap ambisi duniawi, dan sekarang gue pengen mengejar Akhirat dan bertemu pencipta yang bener – bener Wahid dan Haq adanya.

Ya ya sepertinya menikah juga termasuk ambisi akhirat juga hehehe, seperti yang salah satu temen rohis gue bilang “Menikah itu seperti berbuka puasa, harus disegerakan”. Entahlah yang penting gue dari sekarang harus mulai mengejar ambisi Akhirat, dengan mengerjakan seperti yang tercantum di Al-Qur’an dan As Sunnah. Mungkin akhir – akhir ini gue merasa kekayaan bukan apa – apa lagi, tapi gue harus kaya, agar jalan Da’wah ini tak ada hambatan. Dan gue harus bisa menuntaskan ambisi Akhirat yang wajib banget dicapai oleh seorang Muslim!


Sumber: Hakikat di Balik Materi by Harun Yahya (Adnan Oktar)

P.S: Afwan kalo ada yang salah soalnya baru baca setengah halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar